Liputan Khusus
Waled, (JAS) – Jurnalistik Altria Satra SMAN 1 Pabedilan pada Sabtu (29/06/2019) siang tadi mengadakan kunjungan ke bukit Maneungteung atau yang terkenal dengan sebutan bukit Ajimut guna mengisi hari libur. Redaksi kami juga melaksanakan liputan mengenai objek-objek yang menarik untuk dijadikan spot foto maupun rekomendasi liburan bersama keluarga dan juga pasangan.
Meskipun jarak dari kaki bukit menuju puncak lumayan jauh dan melelahkan, namun semuanya terbayar sudah dengan suguhan pemandangan alam pedesaan ketika sampai di atas. Menariknya tempat ini meskipun dibuka untuk umum, sama sekali tidak dikenai biaya masuk. Hanya dikenai biaya parkir yang relatif murah yaitu Rp. 2.000. Di sini juga terdapat pedagang-pedagang yang menyediakan berbagai jenis jajanan untuk para pengunjung.
Hendra (35), salah satu pengunjung dari Cigobang yang kami temui agak kecewa karena bukit yang ia ketahui bersih namun sekarang tidak terurus. Ia juga mengungkapkan tujuan ia mengunjungi tempat ini untuk refreshing bersama pasangan.
“Baru ke sini lagi, dan banyak perubahan juga. Kalau dulu masih bersih. Sekarang keliatannya kotor, gak keurus,” ujarnya di Bukit Ajimut, Jalan Raya Waled Desa, Kabupateb Cirebon, Provinsi Jawa Barat, Sabtu (29/6).
“Semoga tempat ini bisa lebih terurus, dan dapat menarik minat pengunjung,” harapnya melanjutkan penjelasan.
Bukit yang terletak di desa Ambit, Kabupatern Cirebon ini dipercaya memiliki mitos-mitos tersendiri, di antaranya para pekerja mengalami kesulitan saat memperlebar jalan karena banyak bebatuan yang sulit diruntuhkan. Hal itu diungkapkan oleh salah satu warga sekitar. Codet (40) menuturkan bukit legendaris ini pernah direncanakan untuk dijadikan tempat rekreasi keluarga karena tempatnya yang strategis dan bisa dijangkau semua kalangan.
"Rencananya, wilayah Ajimut ini mau diperbesar dan dijadikan tempat rekreasi. Ya saya harap Ajimut bisa segera diresmikan menjadi objek wisata oleh pemerintah, " ujarnya.
"Dimanapun tempatnya, kita harus berhati-hati kalau mau main ya main saja, jangan macam-macam," tutur Codet berpesan.
Selain sarana dan pra-sarana yang kurang memadai, kurangnya kesadaran dari para pengunjung untuk tidak membuang sampah sembarangan pun masih menjadi masalah di lokasi tersebut. Tim kami yang menyusuri bukit ini mulai dari jam 11.30 WIB hingga 14.30 sore tidak terlepas dari pandangan sampah yang berserakan.
Ditambah, seringkali tempat ini disalahgunakan oleh para pengunjung yang kebanyakan adalah remaja untuk melakukan berbagai hal negatif. Ini merupakan akibat dari tidak adanya peraturan khusus yang diberikan oleh pengelola. Sehingga pengunjung merasa bebas melakukan apapun di tempat itu.
Lebih lanjut, selain menyimpan sejumlah potensi dan juga minus tentunya, Bukit Ajimut ini ternyata dilintasi oleh sungai Cisanggarung. Sungai yang membentang dari kabupaten Kuningan hingga membelah kabupaten Cirebon dan membatasi kabupaten Brebes itu juga mengalami kekeringan, musim kemarau menjadi penyebab utama.
"Menurut saya cara untuk mengehemat air di musim kemarau ini, kalo menggunakan air itu secukupnya, tidak boleh berlebihan. Semisalnya, kalo mandi, cuci piring, cuci pakaian ataupun yang lainnya harus hemat," kata Sarwi selaku warga sekitar sekaligus pedagang saat ditemui tim Altria Satra SMAN 1 Pabedilan.
Akibat dari musim kemarau yang datang lebih awal dikarenakan perubahan iklim yang membuat sungai Cisanggarung surut, justru momen ini dimanfaatkan oleh pengunjung untuk turun dan berswa foto dengan pemandangan batu-batu sungai yang natural.
Tidak ketinggalan rombongan ibu-ibu pun menyerbu spot foto dadakan sungai Cisanggarung itu. Aliran airnya minim sehingga tidak membahayakan, bahkan batu-batunya pun terlihat jelas dan cocok jika diunggah di media sosial. Biasanya, bukit Ajimut ini ramai dikunjungi oleh anak-anak muda atau keluarga terlebih pada akhir pekan maupun liburan panjang seperti saat ini.
Para pengunjung biasanya datang pada waktu pagi dan sore hari karena susananya terasa lebih sejuk dibandingkan pada siang hari. Kurangnya pengawasan dari pemerintah mengakibatkan bukit Ajimut ini semakin terbengkalai. Padahal begitu banyak potensi bagi tempat ini untuk dijadikan sebagai salah satu objek wisata lokal di wilayah Cirebon Timur tersebut.
(Reporter: Tim Altria Satra)
Monumen Perjuangan Menengteung menjadi daya tarik dan ciri khas tersendiri dari Ajimut.
(Foto: Muhammad Aqiel Baehaqie)
Waled, (JAS) – Jurnalistik Altria Satra SMAN 1 Pabedilan pada Sabtu (29/06/2019) siang tadi mengadakan kunjungan ke bukit Maneungteung atau yang terkenal dengan sebutan bukit Ajimut guna mengisi hari libur. Redaksi kami juga melaksanakan liputan mengenai objek-objek yang menarik untuk dijadikan spot foto maupun rekomendasi liburan bersama keluarga dan juga pasangan.
Jalanan menuju puncak sangat sejuk dan dipenuhi pepohonan rindang
(Foto: Muhammad Aqiel Baehaqie)
Pemandangan dari atas puncak Ajimut yang memanjakan mata dan menyajikan spot indah.
(Foto: Nunung Nurhasanah)
Hendra (35), salah satu pengunjung dari Cigobang yang kami temui agak kecewa karena bukit yang ia ketahui bersih namun sekarang tidak terurus. Ia juga mengungkapkan tujuan ia mengunjungi tempat ini untuk refreshing bersama pasangan.
“Baru ke sini lagi, dan banyak perubahan juga. Kalau dulu masih bersih. Sekarang keliatannya kotor, gak keurus,” ujarnya di Bukit Ajimut, Jalan Raya Waled Desa, Kabupateb Cirebon, Provinsi Jawa Barat, Sabtu (29/6).
“Semoga tempat ini bisa lebih terurus, dan dapat menarik minat pengunjung,” harapnya melanjutkan penjelasan.
Bukit yang terletak di desa Ambit, Kabupatern Cirebon ini dipercaya memiliki mitos-mitos tersendiri, di antaranya para pekerja mengalami kesulitan saat memperlebar jalan karena banyak bebatuan yang sulit diruntuhkan. Hal itu diungkapkan oleh salah satu warga sekitar. Codet (40) menuturkan bukit legendaris ini pernah direncanakan untuk dijadikan tempat rekreasi keluarga karena tempatnya yang strategis dan bisa dijangkau semua kalangan.
"Rencananya, wilayah Ajimut ini mau diperbesar dan dijadikan tempat rekreasi. Ya saya harap Ajimut bisa segera diresmikan menjadi objek wisata oleh pemerintah, " ujarnya.
"Dimanapun tempatnya, kita harus berhati-hati kalau mau main ya main saja, jangan macam-macam," tutur Codet berpesan.
Selain sarana dan pra-sarana yang kurang memadai, kurangnya kesadaran dari para pengunjung untuk tidak membuang sampah sembarangan pun masih menjadi masalah di lokasi tersebut. Tim kami yang menyusuri bukit ini mulai dari jam 11.30 WIB hingga 14.30 sore tidak terlepas dari pandangan sampah yang berserakan.
Ditambah, seringkali tempat ini disalahgunakan oleh para pengunjung yang kebanyakan adalah remaja untuk melakukan berbagai hal negatif. Ini merupakan akibat dari tidak adanya peraturan khusus yang diberikan oleh pengelola. Sehingga pengunjung merasa bebas melakukan apapun di tempat itu.
Lebih lanjut, selain menyimpan sejumlah potensi dan juga minus tentunya, Bukit Ajimut ini ternyata dilintasi oleh sungai Cisanggarung. Sungai yang membentang dari kabupaten Kuningan hingga membelah kabupaten Cirebon dan membatasi kabupaten Brebes itu juga mengalami kekeringan, musim kemarau menjadi penyebab utama.
"Menurut saya cara untuk mengehemat air di musim kemarau ini, kalo menggunakan air itu secukupnya, tidak boleh berlebihan. Semisalnya, kalo mandi, cuci piring, cuci pakaian ataupun yang lainnya harus hemat," kata Sarwi selaku warga sekitar sekaligus pedagang saat ditemui tim Altria Satra SMAN 1 Pabedilan.
Akibat dari musim kemarau yang datang lebih awal dikarenakan perubahan iklim yang membuat sungai Cisanggarung surut, justru momen ini dimanfaatkan oleh pengunjung untuk turun dan berswa foto dengan pemandangan batu-batu sungai yang natural.
Keadaan Cisanggarung saat musim kemarau
(Foto: Nunung Nurhasanah)
Para pengunjung biasanya datang pada waktu pagi dan sore hari karena susananya terasa lebih sejuk dibandingkan pada siang hari. Kurangnya pengawasan dari pemerintah mengakibatkan bukit Ajimut ini semakin terbengkalai. Padahal begitu banyak potensi bagi tempat ini untuk dijadikan sebagai salah satu objek wisata lokal di wilayah Cirebon Timur tersebut.
(Reporter: Tim Altria Satra)
Tags:
ARTIKEL