Pelepasan balon sebagai tanda bebas tugasnya pak Widi dari SMAN 1 Pabedilan. (Foto: Nunung Nurhasanah) |
Pabedilan, JAS - Masa purnabakti kini tengah dinikmati oleh Drs. Sri Mei Apit Widiatmono setelah 30 tahun mengajar dan mengabdi kepada negara sebagai guru. Di sekolah beliau dikenal sebagai guru mata pelajaran Geografi. Sosok yang akrab disapa 'pak Widi' ini sebelum mengajar di SMAN 1 Pabedilan, pak Widi pernah mengajar di SMA Kartika Chandra di Bandung, SMA Dwi Karya di Bandung, dan SMA 16 Bandung yang berada di Jalan Yuda Pastu Pramuka.
Ucapan selamat mengalir dikalangan siswa dan para guru. Beberapa ekstrakurikuler bahkan menampilkan pertunjukan sebagai kenang-kenangan yang berkesan dan tak akan terlupakan kelak dikemudian hari. Diawali dengan penyambutan Drs. Sri Mei Apit Widiatmono dari gerbang depan menuju lapangan basket, kemudian dilanjut dengan musikalisasi puisi yang dibawakan oleh ekstrakurikuler Jurnalistik Altria Satra, kemudian ada penampilan dari Patriatama Band, sambutan-sambutan, dan ditutup dengan sholawat yang berjudul 'Man Ana' oleh grup hadrah Roudhotul Musthofa.
Pak Widi (paling kiri) terlihat akrab untuk berfoto bersama dengan teman-teman guru lainnya. (Foto: Nunung Nurhasanah) |
Suasana haru mewarnai acara siang itu, beberapa guru dan siswa bahkan menitikkan air matanya. Berikut beberapa hal yang tak banyak diketahui orang tentang sosok pak Widi berdasarkan penelusuran Altria Satra tentang pria 60 tahun itu.
1. Pantang Menyerah dan Gigih
Pria kelahiran Sragen, Jawa Timur, 60 tahun silam ini pernah memutuskan untuk berhenti melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi dan memilih berkerja selama dua tahun, saat itu Widi muda malah memilih masuk di salah satu sekolah swasta dengan risiko yang cukup berat yaitu tidak dibiayai oleh orang tua.
Ia menjelaskan jika bapaknya adalah seorang tentara yang memiliki prinsip keras. Kalau tidak masuk perguruan tinggi negeri maka terancam tidak kuliah.
"Walaupun daftar di Unisri (Universitas Slamet Riyadi Surakarta) tidak diterima, saya berinisiatif untuk bekerja di Komando Kontruksi, Semarang. Selama dua tahun bekerja saya berkesempatan untuk kuliah di Bandung sekitar 4 tahun," tuturnya saat dimintai keterangan tim altria satra.
2. Sosok yang loyal mengabdi
Diumurnya yang sudah tidak muda lagi, beliau telah mengabdi selama 30 tahun untuk sekolah loh. Bayangkan!
"Memang sudah waktunya pensiun, karena sudah berumur 60 tahun sudah selesai. Jadi bapak kelahiran (tahun) 1959 (dan pensiun) 2019, jadi pas 60 tahun," ungkapnya.
Pak Widi saat ditemui tim Altria Satra (Foto: Nunung Nurhasanah) |
3. Sosok yang penyuka elektronik
Selain menjadi seorang guru, ternyata beliau mempunyai hobi yang tak banyak orang mengetahuinya.
"Bapak itu paling-paling sukanya ke elektronik. Kalo olahraga gak begitu seneng, gak ada prestasinya," katanya seusai pelepasan.
4. Sosok yang peduli sosial
Selain beliau telah mengabdi kepada sekolah, namun disisi itu pula beliau peduli akan lingkungan sekitarnya.
"Untuk rencana kedepannya bapak masih belum tahu. Tapi harus ada kegiatan, ya kegiatan sosial mungkin. Seperti terjun langsung ke masyarakat," katanya.
5. Sosok yang terkenal tegas dan disiplin, pak Widi juga motivator loh
Selain terkenal tegas dan disiplin, sosok guru 60 tahun ini juga ternyata seorang motivator juga. Meski sudah memasuki purnabaktinya, ia berpesan agar murid-muridnya selalu semangat.
"Kita itu harus selalu semangat, walaupun kita kecil intinya harus semangat terus. Supaya kita nanti tau, kan kalo dibandingkan berarti ada pembandingnya. Kita tuh ada dimana? kitakan tau semua, nah kita harus semangat terus," tutupnya.
Reporter: Muti/Kartika/Selvi/Dini
Editor: Muhammad Guruh Nuary
Tags:
ARTIKEL