SMAN 1 Pabedilan Pastikan Prokes Ketat Saat MPLS Berlangsung

Potret tim reporter sedang menggali informasi tentang MPLS kepada  H. Fatoni, S.Pd, MMPd, selaku Wakasek Bidang Kesiswaan SMAN 1 Pabedilan.
Foto: Muhamad Hijar Ardiansah

Pabedilan, Altria Satra - Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri yang memutuskan pembelajaran tatap muka terbatas pada Juli nanti ditanggapi serius oleh setiap sekolah, salah satunya SMAN 1 Pabedilan, Cirebon. Wakil  Kepala Sekolah bidang Kesiswaan SMAN 1 Pabedilan, H. Fatoni, S.Pd, MMPd, memastikan jika standar operasional prosedur (SOP) akan tetap dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat.  

"Yang penting dari pihak sekolahnya sudah sesuai dengan aturan operasionalnya, kita sudah melakukan cuci tangan, kemudian handsanitizer, menjaga jarak, memakai masker," ungkap Fatoni saat ditemui Altria Satra diaran SMAN 1 Pabedilan, Jumat (11/6). 

"Nah itu berarti sudah melaksanakan standar, adapun nanti jika ada pernyataan tidak ada tanggung jawab, nanti kita bisa musyawarahkan kemungkinan tutup sementara atau kemungkinan dampak positif corona, nanti ditunggu kelanjutannya," jelasnya. .

Fatoni melanjutkan, jika teknis pelaksanaannya nanti, disinyalir akan lebih efektif dalam tatap muka terbatas, agar siswa tidak merasa bosan ketika belajar online. Apalagi materi para guru juga akan tersampaikan dengan lebih baik ketika langsung langsung via online.

"Lebih efektif (tatap muka terbatas) karena anak hanya sehari dua hari ke sekolah, walaupun hanya dua jam dalam seharinya, anak akan lebih memahami tentang pelajaran, selain belajar di rumah hanya melalui media, saya pikir itu lebih baik secara psikologis juga secara materi yang nanti akan disampaikan oleh para guru-guru," tuturnya.

Hal tersebut juga diamini oleh guru SMAN 1 Pabedilan, Nurohmat, S.Pd, pembelajaran tatap muka terbatas sudah tidak bisa ditunda lagi. Ia khawatir jika anak akan merasa kehilangan ilmu jika terus-terusan belajar online, keterbatasan infrastruktur dan alat belajarnya.

Potret ketika salah satu guru SMAN 1 Pabedilan, yaitu Nurohmat, S.Pd dimintai pendapat tentang pembelajaran tatap muka.
Foto: Dwi Putrianingrum

Menurut bapak sih pembelajaran tatap muka itu tidak bisa ditawar lagi memang sudah harus dilaksanakan, selepas nanti apakah terbatas, ya enggak apa-apa kita laksanakan walaupun terbatas. Karena khawatir nanti kalau kita tidak akan melakukan pembelajaran tatap muka itu akan mengalami rugi belajar, jadi anak seolah-olah hilang waktunya," jelas Nurohmat.

Sebab Nurohmat melanjutkan, di masa pandemi Covid-19 ini, jangan sampai kehilangan anak pembelajaran dasar seperti matematika dan bahasa Indonesia.  

"Ya mungkin kalau belajar sih sifatnya manusia pasti ingin belajar, meskipun bukan belajar di sekolah, mungkin belajar bagaimana menggunakan aplikasi tik-tok itu kan belajar ya, karena sifat manusia ya belajar pasti dia akan belajar sesuatu setiap hari," tulisnya.

Nurohmat mengaku menunggu kebijakan sekolah, ia juga sedang berlatih dengan guru-guru lain, agar bisa memaksimalkan tatap muka terbatas, model pembelajarannya seperti apa dan yang terbaik untuk siswa. Hal itu juga harus dilihat dari daya dukung dan kemampuan guru-guru dalam tatap muka nanti. 

Harapannya siswa kembali aktif dalam pembelajaran, karena melihat hasil refleksi kemarin saat belajar di rumah itu kan banyak sekali kekurangannya, pelajaran juga dapat dilaksanakan alakadarnya sehingga dapat dikatakan proses pembelajarannya tidak bermutu, kan kasian yah seperti itu, harap Nurohmat.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama