Dok: Altria Satra Foto: M Hijar Ardiansah |
Pabedilan, Altria Satra - Lampaui kuota penerimaan siswa baru, SMAN 1 Pabedilan menyediakan kebutuhan untuk pembelajaran secara daring. Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan SMAN 1 Pabedilan, H. Fatoni, S.Pd., MM Pd, telah menyiapkan 9 kelas, dengan masing-masing sebanyak 36 siswa.
"Jadi totalnya 324, kalau untuk pendaftaran sih kemarin itu lebih dari 360, ya pilihan satu SMAN 1 Pabedilan sudah melebihi kuota sebenarnya," tutur Fatoni saat dimintai keterangan oleh Altria Satra via telepon, Selasa (13/7).
Fatoni membeberkan, untuk sistem pembelajaran secara berani, para siswa tidak perlu khawatir tentang kendala kuota belajar. Sebab, kementerian pendidikan kebudayaan riset dan teknologi (Kemendikbud-Ristek) telah memberikan kuota gratis. Ditambah juga diperbolehkan untuk menggunakan wifi yang tersedia di sekolah.
"Kuota itu kan dari kementerian sudah ada, kuota untuk belajar tapi bukan untuk main game, atau WhatsApp. kan sudah disiapkan, kemudian kalau disekolah mah silahkan aja bagi anak yang tidak memiliki HP, tidak punya kuota, kan sudah dipersilahkan ke sekolah untuk belajar sudah ditawarkan, tapi kan tidak semua anak untuk belajar, malahan lebih cenderung alasan, pak tidak ada kuota, pak hpnya rusak, padahal sekolah sudah mempersilahkan dan kembali lagi ke anak kan," tulisnya.
Fatoni melanjutkan, hampir dua tahun sistem belajar secara berani ini berlangsung, persiapannya pun melakukan banyak cara agar efektif, namun jika ada kekurangan yang bisa diperbaiki.
"Kalau untuk persiapannya sendiri, ini juga sudah dua tahun melaksanakannya, ya kan banyak cara yang sudah kalian lakukan selama ini bisa menggunakan tim, bisa menggunakan google classroom, ya itukan salah satu bentuk persiapan, juga guru dan siswanya aja harus memahami pemahaman yang inti, selama ini berani kan sudah berjalan, paling kalau ada kekurangan tinggal kita perbaiki aja. biar lebih efektif pembelajaran beraninya," ujarnya.
Hal itu tentu sangat berpengaruh bagi para siswa, Deni Apriyadi kelas 12 IPS 2, SMAN 1 Pabedilan menuturkan, pembelajaran Daring yang ada sekarang malah membuat interaksi antar siswa dan guru menjadi terhambat. Karena pada umumnya, belajar secara online tidak membuat siswa bertambah semangat.
Lebih lanjut, Deni menyatakan kondisi belajar berani yang paling utama adalah alat berupa smartphone dan juga kuota. Ini masih banyak tantangan untuk siswa, apalagi semua siswa memiliki ekonomi yang memadai untuk belajar online.
"Harapannya ya semoga sekolah dapat lebih bijak lagi dalam memilih metode pembelajaran yang dilakukan secara berani, jika memang pembelajaran dilakukan secara berani, yang kedua sekolah harus lebih kritis lagi dalam menghadapi masalah atau kendala yang dialami siswa, seperti kuota pemerintah," harap Deni.