Menurut Panitia Vaksinasi SMAN 1 Pabedilan, Abdul Ropi, antusias para siswa awalnya menurun karena mengalami syok dan ketakutan, tapi sejak diadakannya edukasi tentang vaksin ini, menjadi meningkat dari sebelumnya. Ropi juga menuturkan, dari pihak sekolah juga tidak ada keterpaksaan atas keluarga siswa yang menolak anaknya untuk divaksin
"Kendalanya sampai hari ke-dua dari nomor NIK yang tidak valid dihadapi oleh siswa sehingga beberapa siswa masih belum bisa melakukan vaksinasi," ucapnya saat ditemui tim Jurnalistik Altria Satra, di pelataran SMAN 1 Pabedilan, Senin (6/9).
Di sisi lain, Ropi menuturkan keterlambatan keterlambatan pengiriman untuk siswa. Hal itu karena jumlah vaksin yang belum mencukupi sehingga ditunda dan dilaksanakan pada bulan September seperti sekarang.
Namun setelah vaksin untuk pembelajaran tatap muka terbatas ada gambaran beberapa minggu ke depan atau bulan depan, harap Ropi.
Sedangkan yang belum divaksin, masalah boleh atau tidaknya mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas akan dikembalikan kepada izin dari orang tua siswa tersebut. Misalnya ada 500 siswa sudah divaksin dan 200 siswa belum divaksin, sehingga kekebalan tubuh sudah melebihi karena perbandingan yang sudah divaksin jauh dari yang belum," tegasnya
Ropi berharap dengan adanya vaksin pelajar akan tercipta kelompok kekebalan tubuh secara maksimal juga setiap siswa dapat melihat kembali untuk belajar serta memahami tentang virus Covid-19.
Senada dengan Ropi, tenaga medis yang bertugas memvaksin di SMAN 1 Pabedilan, Maslah menyatakan vaksinasi sangat efektif di masa pandemi untuk mengurangi kehilangan belajar
"Jenis vaksin yang disuntikkan kepada para pelajar yaitu Sinovac," jawab Maslah saat ditanya Altria Satra di aula SMAN 1 Pabedilan.
Harapannya, lanjut, ada perubahan angka kematian yang menurun dan jangan mudah termakan hoaks baik di media sosial maupun di lingkungan sekitar.
Selain itu, anggota Polsek Pabedilan, Ipda Umar, yang mengawal proses vaksinasi ini memaparkan, selain untuk PTM, syarat untuk berpergian juga salah satunya adalah menunjukkan surat keterangan sudah divaksin.
"Manakala kita, sebagai harus bisa menunjukkan surat vaksinasi, jadi yang belum di vaksin segera di vaksin," ungkap Umar saat ditemui.
Meski begitu, di hari kedua memulai tahap pertama ini, permasalahan muncul bukan dari setelah vaksin, namun sebelum vaksin. Persoalan Nomor Induk Kependudukan (NIK) membuat siswa yang akan divaksin menjadi jengkel.
"Saya sangat kecewa sekali, karena banyak waktu yang terbuang sia-sia hasil saya harus tetap menunggu dan mengantri kembali," keluh salah satu siswa SMAN 1 Pabedilan, Muhamad Hijar Ardiansyah.