Pengibaran bendera Merah Putih di SMAN 1 Pabedilan, Cirebon, Rabu (17/8/2022). (dok. Altria Satra/Wina Anggraeni) |
"Ada kabar gembira bahwa sekolah kita alhamdulillah lulus dan dipercaya sebagai sekolah adiwiyata, hari ini pak kepala sekolah (Heri Purnomo) sedang mengambil piagam di Cirebon," ungkap Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana dan Prasarana (Wakasek Sarpras) SMAN 1 Pabedilan kepada Altria Satra usai upacara, Rabu (17/8/2022).
Bagi Fatoni, raihan sekolah dengan predikat Adiwiyata bukan sesuatu yang mudah. Untuk itu, ia setuju dengan tagline kemerdekaan kali ini yaitu 'pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat'. Menurutnya hal itu senada dengan apa yang dilakukan oleh pihaknya.
Fatoni selaku Wakasek Sarana Prasarana SMAN 1 Pabedilan ketika dimintai keterangan oleh tim Altria Satra, Cirebon, Rabu (17/8/2022). (dok. Altria Satra/Ida Kautsar) |
"Penerimaan penghargaan sekolah adiwiyata, itu salah satu prestasi yang sebelumnya belum pernah kita raih, dan tidak semudah itu kita meraih adiwiyata, dan ini menjadi tantangan kita kedepannya sekolah kita lebih baik, pulih cepat, bangkit lebih kuat, Pabedilan BISA seperti moto, termasuk adiwiyata juga sesuai dengan moto BISA pabedilan itu Bersih, Indah, Sehat, Asri," bebernya.
Selain itu, dalam upacara bendera kali ini, Fatoni menyampaikan jika upacara dilakukan sesungguhnya untuk menghargai jasa para pahlawan yang telah gugur. Terlebih, kemerdekaan dimaknai olehnya sebagai sesuatu tantangan baru di masa sekarang dengan banyak ya teknologi bermunculan.
"Kemudian isilah kemerdekaan ini dengan hal-hal yang positif, karena sebagaimana kita ketahui di era globalisasi inikan banyak sekali tantangan yang luar biasa salah satunya yang terdampak langsung seperti peserta didik, dari dampak pengaruh, dampak teknologi, jadi kalo kita mengenang perjuangan itu kita enggak ada apa-apanya hanya untuk belajar," papar Fatoni.
Paduan suara SMAN 1 Pabedilan saat menyanyikan lagu Indonesia Raya, Cirebon, Rabu (17/8/2022). (dok. Altria Satra/Wina Anggraeni) |
Senada dengan Fatoni, guru TIK SMAN 1 Pabedilan, Vauzy Bachtiar Wibawa S.Kom menyatakan makna lain dari upacara ini mengajarkan kedisiplinan. Ditambah, terkadang persoalan belajar dan disiplin tersebut yang masih rendah kesadarannya oleh siswa.
"Ketika kalian lengah, kalian leha-leha di masa sekolah ini otomatis masa depan kalian pun tergambar dari perilaku kalian ketika masa sekolah di SMA," tuturnya.
Sebab menurutnya, dampak Pandemi amat mendalam selama dua tahun kemarin. Akibatnya siswa tidak maksimal menerima pelajaran bahkan ia juga menduga ada yang tidur selama pembelajaran daring berlangsung.
"Di zoom tetapi kameranya di matikan otomatis anaknya bisa saja lagi tidur, tapi kalo luring kan bisa diawasi bersama-sama dan kita bisa belajar lebih efektif," ungkapnya.
Lebih lanjut, dalam upacara yang diselenggarakan di SMAN 1 Pabedilan itu, salah satu petugas upacara Devi Komala mengaku bangga bisa mewakili kelasnya. Ia menuturkan sebagai anggota organisasi, ia harus siap dalam penunjukan tersebut.
"Tentunya senang karena bisa mewakili kelas. Soalnya saya anggota organisasi di kelas, jadi mau gak mau harus siap," terang Devi.
Devi juga menjelaskan jika upacara merupakan simbol dalam menghormati jasa para pahlawan yang telah gugur. Selain itu, ia berharap bertambahnya usia Republik Indonesia ini agar ke depan bisa lebih maju dalam persoalan pendidikan.
"Semoga Indonesia semakin jaya, pendidikannya juga semakin dicintai oleh siswa, mahasiswa dan lain-lain," tutupnya.