Ilustrasi TikTok (Sumber: Ist) |
OPINI | Altria Satra - Perkembangan teknologi dan informasi saat ini berkembang pesat, dibuktikan dengan munculnya berbagai platform digital yang memanjakan penggunanya. Salah satunya platform yang sedang digandrungi berbagai kalangan adalah TikTok, yang banyak menyajikan banyak jenis tayangan.
Kehadiran TikTok mendapatkan antusias tinggi dari masyarakat Indonesia. Tidak hanya digunakan sebagai media hiburan, TikTok juga dimanfaatkan oleh beberapa sektor, termasuk pelaku ekonomi untuk mempromosikan barang dan jasa mereka. Selain itu, TikTok menjadi platform yang digunakan oleh da’i untuk menyampaikan pesan dakwah kepada masyarakat secara luas tanpa terbatas ruang dan waktu.
Di tengah perkembangan teknologi dan informasi yang semakin menawarkan fitur-fitur terbaru, media dan metode yang digunakan untuk berdakwah harus mampu beradaptasi. Berdakwah tidak lagi hanya berdiri di atas mimbar dengan posisi yang terkadang formal dan menegangkan. Kini, sudah saatnya para da’i mulai menggunakan metode dan media dakwah yang mengikuti perkembangan zaman. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang baru untuk mengemas pesan dakwah secara kreatif di era digital.
Menurut data dari dataindonesia.id, jumlah pengguna TikTok di Indonesia mencapai 112.97 juta jiwa, menempati posisi kedua setelah Amerika Serikat yang memiliki 116,6 juta pengguna. Angka ini menunjukkan besarnya potensi platform TikTok jika digunakan untuk berdakwah. Dengan pengguna yang begitu besar, TikTok dapat menjadi alat yang efektif untuk menyebarkan kebaikan dan nilai-nilai Islam. Banyak kalangan berlomba-lomba menyebarkan pesan dakwah melalui TikTok, meskipun tentu saja diperlukan strategi yang matang agar pesan-pesan tersebut dapat diterima dengan baik.
Peran Generasi Z dalam berdakwah di TikTok
Generasi Z, atau yang sering disebut Zilenial, turut mengambil peran aktif dalam dakwah di platform digital. Saat ini, tidak hanya ulama senior dengan kapasitas ilmu yang mumpuni, tetapi juga da’i muda dari generasi Z yang mulai memanfaatkan TikTok untuk berdakwah menyiarkan ajaran Islam.
Misalnya, Kadam Sidik dengan akun TikTok @kadamsidik00, dan Ustadz Syam melalui akun @syamelarusy. Keduanya memiliki ciri khas masing-masing dalam menyampaikan pesan dakwah, sehingga mampu menarik perhatian khalayak luas, terutama generasi muda.
Namun, keberhasilan dakwah di TikTok memerlukan penerapan manajemen dakwah yang baik. Konten yang dibuat harus relevan dengan kebutuhan audiens, disampaikan secara kreatif, dan tetap berpegang pada nilai-nilai Islam. Dengan strategi yang tepat, dakwah melalui TikTok dapat menjadi terobosan baru untuk memanfaatkan teknologi informasi secara positif.
TikTok sebagai Alat Melawan Konten Negatif
Selain menjadi media dakwah, TikTok juga dapat digunakan untuk melawan penyebaran berita dan konten negatif. Dalam era digital saat ini, informasi yang salah atau konten yang merugikan masyarakat sangat mudah menyebar. TikTok dapat menjadi alat untuk menghadirkan konten-konten positif yang mampu meningkatkan kualitas moral dan intelektual masyarakat. Dengan begitu, platform ini tidak hanya menjadi tempat hiburan, tetapi juga ruang belajar yang bermanfaat.
Pengguna TikTok dapat berekspresi dengan berbagai cara, tergantung pada tujuan mereka. Pilihan ada di tangan pengguna: apakah ingin menjadikan TikTok sebagai sarana hiburan semata, atau memanfaatkannya untuk menyebarkan ilmu dan kebaikan. Dengan memanfaatkan TikTok secara bijak, kita dapat membantu membangun masyarakat yang lebih berpengetahuan dan bermoral.
Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat di Era Digital
Sebagai masyarakat yang hidup di era digital, sudah seharusnya kita meningkatkan pengetahuan dan wawasan. Kemajuan teknologi informasi perlu selaras dengan kemajuan sumber daya manusia, terutama di Indonesia. Platform seperti TikTok dapat menjadi salah satu sarana untuk mencapai tujuan ini. Melalui TikTok, da’i dan konten kreator lainnya dapat memberikan edukasi yang menarik, menyebarkan informasi yang bermanfaat, serta membangun komunitas yang peduli terhadap nilai-nilai kebaikan.
Dalam konteks dakwah, penting bagi da’i untuk memahami karakteristik audiens di TikTok. Generasi muda sebagai pengguna dominan platform ini cenderung menyukai konten yang singkat, visual yang menarik, dan penyampaian yang santai namun tetap bermakna. Oleh karena itu, pendekatan dakwah perlu disesuaikan dengan gaya komunikasi yang relevan.
Kesimpulan
Hadirnya TikTok sebagai platform digital memberikan peluang besar untuk berdakwah di era modern. Dengan jumlah pengguna yang masif, TikTok dapat menjadi alat yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan dan ajaran Islam. Peran generasi Z sebagai da’i muda juga menjadi angin segar dalam dunia dakwah, karena mereka mampu menjangkau khalayak luas melalui pendekatan yang kreatif dan inovatif.
Namun, keberhasilan dakwah di TikTok memerlukan manajemen yang baik, mulai dari penyusunan konten hingga strategi penyampaian. Selain itu, TikTok juga dapat digunakan untuk melawan konten negatif dan membangun masyarakat yang lebih berpengetahuan. Sebagai masyarakat yang hidup di era digital, kita perlu memanfaatkan teknologi dengan bijak untuk mencapai tujuan yang mulia. Dengan begitu, kemajuan teknologi informasi dapat sejalan dengan kemajuan moral dan intelektual bangsa.
Penulis: Diah Ayu Nurlestari, Mahasiswi KPI UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon
Editor: Muhamad Hijar Ardiansah